TEORI HUKUM
DAN PSSI
Zainal Asikin
Begitu lama Persepakbolaan Indonesia mengalami lesu darah
akibat konflik yang terus terjadi diantara para
pengurus PSSI, konflik antara
PSSI dan para anggota LIGA
PSSI, konflik antara supporter..!
Sampai kemudian ditengah
keributan yang terjadi di Gelora Bung Karno,
Menpora yang akhli HITI mencoba menenangkan penonton dengan mengambil
alih microfon dan mengajak hadirin menyanyikan lagu
SATU NUSA SATU BANGSA……tetapi
persis ditengah tengah lagu
sang Menteri lupa syairnya dan lagupun terhenti (
persis seperti Grup Band
Kuburan yang punya syair lupa).
Itu sisi gelap PSSI dan persepakbolaan Indonesia sebelum akhirnya PSSI U19 menjuarai piala kompetisi tingkat ASEAN di Stadion Sidoarjo melawan Vietnam dengan ADU PINALTI. Maka
darah segar PSSI mulai mengalir
melalui anak anak GARUDA MUDA
dengan Kapten IVAN DIMAS.
Anak ini memang luar biasa
lahir dari sebuah Klub Sepakbola
Persebaya 1927 yang tidak diakui PSSI tapi mampu menyumbangkan kehebatannya dengan menyumbang 3
gol untuk kemenangan PSSI
membabat KOREA yang telah menjadi juara bertahan 12 kali.
Bak seorang filosof , IVAN
DIMAS mengatakan tidak ada yang tidak bisa dikalahkan selain TUHAN, dan tidak ada yang
harus ditakuti selain TUHAN, begitu ia
ditanya mengenai peluang melawan
KOREA.
Dan semua pemain mendapat pujian,
semua mendapat tawaran menjadi bintang IKLAN dengan bayaran
300 juta satu kali jepret. Bolehkah
? Tapi
mereka menjawab “ semua orang butuh uang, tapi yang lebih
penting kepentingan Negara “. Persoalannya adakah
Negara menjamin kehidupan anak
anak muda itu di masa depan terhadap
kehidupan ekonomi dan pendidikanya.
Karena dengan kegiatan yang
padat berlatih menghadapi piala dunia di Myanmar 2014
maka nyaris anak anak ini akan terbekengkalai pendidikannnya. Belum lagi
tentang kesulitan ekonomi orang
orang tua mereka di kampong halaman.
Karut Marut di atas adalah suatu
kompleksitas persepakbolaan tanah air. Untung masih ada Indra Syafii yang rela
melatih meski sudah 6 bulan
belum dibayar gajinya sebagai
pelatih. Dan sang pelatih
yang bekumis ini tetap optimis mengatakan kiblat sepak bola diu=
ASIA bukan lagi di Korea….tetapi di
Indonesia, dan dia akan tetap mencari bibit muda di daerah daerah untuk
memperkuat team sepakbola muda
Indonesia. Lho memang selama ini PSSI
tidak pernah melakukan pencarian
bakat ke daerah daerah….atau memang
PSSI hanya terima jadi meskipun yang
diambil bukan bibit unggul tapi pemain sepakbola titipan.
Nampaknya berbagai
masalah di atas, belum pernah terurai dihadapan saya melalui pendekatan
yang sistemis , dan terlihat bagaimana
harusnya Hukum dipakai untuk
mengatur, merekayasa olah raga secara
lebih professional. Oleh sebab itu saya berharap
Saudara membuat makalah
PEMBANGUNAN Persepakbolaan di
Indonesia melalui pendekatan hokum yang
komperehnsif. Bidang apa saja
yang perlu pengaturan.
Selamat bekerja.