LOMBA MENGHAYAL
Dr.H. Zainal Asikin,
SH, SU
A. Pengantar
Sebenarnya apa
sih yang dibanggakan dari NTB saat ini ? Pertanyaan itu muncul karena nyaris kita
tidak menemukan sesuatu yang menumental
dari pelaksanaan pembangunan
beberapa tahun sejak zaman Orde Baru
sampai Orde Reformasi. Kita
memang hanya bangga pada ciptaan Tuhan
yang maha Agung yang mememberikan alam yang indah sebagai modal pariwisata,
daerah yang cukup subur untuk pertanian tembako, dan tentunya
sumber daya manusia yang tangguh yang jika disekolahkan dan diberikan
peluang belajar maka manusia NTB ini
sungguh luar biasa cerdasnya. Ketika
dikirim sekolah di dalam dan ke luar
negeri hampir semuanya memperoleh predikat cume laude. Tapi selain itu nyaris NTB dan Pulau Lombok tidak memiliki kebanggaan .
Berbicara “ budaya dan
pariwisata “ misalnya, hampir
kita tidak bisa mempertontonkan sesuatu yang
“ spektakuler “ selain hanya keindahan alam. Sementara
peninggalan budaya atau wisata budaya , tidak mampu kita suguhkan sebagai sebuah tontonan yang
bergairah. Apalagi “ wisata kota
“, tidak satupun kota yang patut kita suguhkan pada wiswatawan. Malahan ketika saya mengajak tamu menuju “ Kute “, maka saya mencoba
menghindar melewati Kota Praya, karena saya takut tidak
mampu menceritakan apa yang menarik
Ibukota Kabupaten Lombok Tengah ini,
kota ini ibarat sebuah kecamatan di Dusun Rambipuji Banyuwangi yang sepi
senyap dan tidak menarik.
Kita tentunya tidak ingin bermimpi seperti “ Abu Dhabi “
atau Pulau Santhosa di Singapura yang
mampu menyulap alamnya dengan spektakuler menajdi wisata pantai dan
bawah laut yang membanggakan dan mendatangkan devisa Negara.
Tapi berdiam terus tanpa angan angan sama halnya dengan pasrah pada
nasib. Kita di Lombok bersama pelaku wisata dan birokrat
(pemerintah) tidak pernah merasa malu
atas ketololan dan kegagalan
mengkemas alam dan sumberdaya ini menjadi sebuah tontonan yang
terus berkembang dan prestise. Bayangkan saja, event
Bau Nyale di Pantai Kute yang
setiap tahun dilaksanakan tidak pernah berubah sejak saya muda sampai sekarang seperti itu itu saja,
nyaris tidak ada yang berubah, monoton, hambar dan runyam.
Oleh sebab itu beberapa minggu
yang lalu, saya mengumpulkan anak anak Lombok Tengah yang
masih duduk di SD Dan SLTP kira kira
sebanyak 30 orang untuk mengadakan “ Lomba Menghayal “ kira
kira kalau membangun di Pulau Lombok
ini, apa yang perlu dibangun agar bisa
menarik dan bisa menjadi magnit
dunia.
B. KHAYALAN TENTANG LOMBOK
Dunia
menghayal hampir mirip dengan mendongeng tentang sesuatu yang
terjadi atau mungkin juga sesuatu
yang bersifat fiksi. Akan tetapi
seringkali hal hal yang bersifat
fiksi itu menjadi kenyataan.
Pada karya sastra dan novel banyak sekali dijumpai perjalanan manusia
ke ruang angkasa atau ke planit lain
yang ternyata saat ini menjadi
kenyataan.
Dunia menghayal
anak anak penting disalurkan agar
menjadi ispirasi meraih cita
cita dimasa yang akan dating. Dari
lomba “menghayal itu “, ternyata anak anak Lombok memiliki
obsesi yang beragam tentang
daerahnya agar bisa lebih maju dan
dikenal oleh orang lain dan oleh bangsa lain. Paling
tidak ada beberapa khayalan yang
menurut saya patut di
apresiasi sebagai pemicu
para pengambil kebijakan di NTB ini
terutama tentunya para politisi
Udayanan yang duduk sebagai legislator.
1.
Anak
Lombok menghayalkan ada sebuah Kawasan
Becingah Agung atau sejenis Kawasan Keraton atau Kawasan
Miniatur Lombok yang didalam area itu terdapat berbagai miniature Sasak, yaitu
kawasan Rumah Tradisionil Lombok
lengkap dengan segala pernik
perniknya, Ada Kawasan Tenten ( pasar tradisional yang menjual ares, urap urap, ebatan
, pelecing, ) yang menjual
seluruh makanan Sasak, Ada kawasan Kerajinan Lombok yang didalamnya ada kegiatan menenun kain, membuat tembikar, membuat kerajinan ukiran kayu, Ada kawasan kesenian
yang mementaskan seluruh kesenian Lombok secara bergantian ( gendang beleq,
gandrung, cilokak, cepung, dan lain lain). Seluruh
penghuni dan yang berkecimpung di dalam area Miniatur Lombok itu harus berbusana
Sasak. Kawasan ini kira kira seluah 10
Hektar yang juga dilengkapi tempat bermain anak anak seperti permainan
tradisional Sasak dari “
mainan mecepok, dongklang,
cungklik, slodor dan mainan
lainnya yang oleh anak anak Desa di Lombok sering dimainkan.
2.
Khayalan
kedua digambarkan oleh anak anak
itu adalah perlu ada wisata air tawar
di Danau. Dihayalkan oleh anak
anak Lombok itu di Bendungan Batujai seperti Bendungan Jatiluhur, terdapat rumah makan terapung dengan menu Lombok, yang
tranportasinya memakai sampan . Di
pinggir pinggir kawasan bendungan itu
terdapat sentra sentra kerajinan, sehingga wisatawan berdamawisata
memakai perahu dari satu sentra ke sentra yang lainnya.
3 Khayalan
ketiga yaitu di Kawasan Mandalika
Resort Kute itu di puncak bukit yang menghadap laut itu
ada Monumen Raksasa dengan Patung Putri Mandalika yang di malam hari disinari oleh sinar laser sehingga menambah keanggunanya. Di sekitar monument itu terdapat pusat
pusat kerajinan seperti
Kawasan Garuda Whisnu di Bali.
`` 4. Khayalan keempat, ada
anak yang menggambar stadion
Raksasa tempat diadakanya lomba
lomba Karapan Sapi , Balapan Cidomo, dan Lomba Pacuan Kuda untuk menyaingi Formlua 1. Para penonton yang masuk ke arena (Stadion Raksasa)
disamping membeli karcis diberikan jagung dan dodol rumput laun atau
dodol buatan Lombok dengan minuman
serbat khas Lombok. Dengan khayalan
ini nampaknya bisa menopang program PIJAR( bumi
sejuta Sapi, jagung dan rumput
laut).
5. Khayalan kelima dari anak anak Lombok dalam
lomba itu adalah perlunya Kota ( Mataram
atau kota kota lain di Lombok) bebas
polusi, beban kendaraan roda dua dan roda empat n untuk mencegah korban Korban
jiwa yang setiap hari meningkat. Sebagai
gantinya semua warga kota ( termasuk bupati dan
walikota) memakai sepedan atau dokar tradisional (bukan cidomo). Dengan
khayalan ini akan dihindari kesenjangan social antara orang kaya dan orang miskin. Polisi Lantas harus memakai sepeda seperti di India.
C. Kesimpulan
Dari
lomba menghayal itu terlihat bagaimana ragam rasa dan cita cita dari anak anak
Lombok tentang sesuatu yang diinginkan bagi daerahnya agar bisa dikenal di seluruh dunia, bukan hanya
dikenal karena suka mesiat (konflik antar
kampong), atau dikenal karena kawin cerainya,
tapi dikenal karena ada yang
uniek tentang Pulau ini.
Tugas kita dan
pemerintah tentunya memberikan akses kepada
pengusaha dan kemauan pengusaha (political will) untuk mewujudkan hayalan
itu. Jika Islamic Centre bisa terwujud
sebagai upaya membangun citra NTB sebagai
Pulau Seribu Masjid, maka mewujudkan khayalan anak anak Lombok itu
adalah sisi lain dari keinginan
mewujudkan Lombok sebagai pulau seribu keunikan. Khayalan itu pasti bisa terwujud tanpa harus
tergantung pada LTDC atau BTDC yang sejatinya adalah para makelar yang memimpikan keuntungan dibawah khayalan tingkat tinggi seperti syair Peter Pan.