Sabtu, 04 Februari 2012

DEMOKRAT  DISARANG  PENYAMUN   atau
PENYAMUN  DISARANG  DEMOKRAT ?

OLEH   DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SU


A.    Pengantar

Sewaktu saya  kecil. Ayah saya paling suka membelikan komik komik karangan Firman Muntako, Teguh.K,  Panji  Koming, Kho Ping Ho, dan Karya RA Kosasih.   Semua Komik itu ada nilai positifnya yang mengajarkan tentang kebenaran, bahwa yang benar pasti menang dan yang salah pasti kalah.   Salah satu komik yang saya sukai adalah “  Pendekar Di Sarang Penyamun “   dan “  Pendekar Dari Gua Hantu “.
    Dalam cerita Pendekar Di Sarang Penyamun digambarkan bagaimana seorang jagoan yang bersih dan jujur harus masuk ke dalam suatu wilayah (daerah) yang dihuni oleh para penjahat  dan akhirnya dapat  ditumpas secara tuntas.  Begitupula pada “ Pendekar Dari Gua Hantu “, saya kagum dengan pendekar buta dengan membawa seekor monyet, tetapi dengan naluri dan indra ketujuh mampu membasmi penjahat penjahat sampai ke akar akarnya sehingga tercipta rasa aman dan tentram bagi kehidupan masyarakat.   Saking senangnya saya membaca komik itu maka saya sangat mengagumi figure figure yang ada dalam komik itu  bahkan terkadang komik itu say abaca berulang kali tidak bosan bosannya.  Bahwa saking kagumnya sehingga saya sampai menggambar tokoh tokoh itu di buku buku pejaran bahkan di baju saya ( ini memang tidak baik untuk ditiru).   
Saya sebenarnya juga sangat senang membaca sejarah  Nabi, terutama  junjungan besar Nabi Muhammad.SAW, akan tetapi dalam seluruh buku sejarah  para Nabi tidak ada gambar Nabi Muhammab, maka saya tidak bisa menggamar wajah idola saya itu.
    Apa yang ingin saya katakan  bahwa baik buku buku umum, buku buku  komik, dan buku buku agama mengajarkan tentang “ kejujuran,  ahlak terpuji,  menyebarkan semangat kebaikan, tolong menolong, dan  ke takwaan kepada Tuhan “.  Oleh sebab itu   dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak cukup bagi kita hanya mempelajari ilmu yang  menjadi “ spesialisasi  kepakaran kita “.   Seorang lawyer tidak cukup hanya mempelajari ilmu hukum tapi juga mempelajari etika prpofesi, bagii dokter harus memahami ilmu etika kedokteran, dan para politisi harus menghayati etika politik.
    Etika itu lebih banyak diperoleh bukan hanya dari ajaran agama, tetapi banyak pula diperoleh dari berbagai bacaan, termasuklah dari komik komik tersebut dalam rangka mengasah kesadaran bathin.
    Terjadinya malapetka di masyarakat hingga perlunya tokoh pendekar di Sarang Penyamun  dan Si Buta Dari Gua Hantu,  tidak lain akibat merajalelanya keserekahan pada ummat manusia. Keserakahan itu ternyata sampai saat ini terus terjadi dan bahkan sampai  dan bersarang di partai partai politik.

B.    PENYAMUN DI  PARTAI DEMOKRAT

Tentunya masyarakat patut terkejut , karena sebagai partai baru dan pemenang Pemilu  dan  bahkan sedang berkuasa, ternyata Partai Demokrat dilanda badai korupsi.   Nazarudin sang bendahara  terseret dalam pusaran korupsi, dan burung “ Nazar “ kemudian berkicau menyeret nama nama lain dalam partainya dan di luar partainya.    Setelah itu  Angelina Sondah sebagai anggota banggar  juga harus menjadi tersangka karena terlibat dalam permainan proyek.  Rentetan kasus itu telah membuat kepanikan kalangan politisi partai  Demokrat.   Panik karena takut nama nama mereka akan terseret, dan panic bercampur jengkel karena nama partai dan citra partai hancur akibat skandal korupsi.
    Terjadinya skandal korupsi di partai politik Indonesia, terutama pada Partai Demokrat sebagai partai baru  dan  berkuasa  disebabkan oleh apa yang oleh ilmu politik  disebut dengan ” poltical marketing, push marketing  dan pull marketing  ”  yaitu  betapa Partai Demokrat dan pengurusnya  membutuhkan  suatu pembiayaan untuk melakukan berbagai kegiatan dan pencitraan melalui  direct marketing,  special event, personal contact, dan publict relation ”.   Hal tersebut syah syah saja bila dilakukan secara legal tanpa harus melakukan tindakan melakukan tindakan melawan hukum, sebagai calo proyek dan sebagainya..  Tapi jika itu dilakukan dengan melawan hukum seperti yang dilakukan oleh Nazarudin dan Anggie, maka alangkah naifnya jika partai baru (Partai Demokrat)  harus menjadi sarang penyamun.
    Faktor kedua adalah tidak jelasnya ” fund raising ”  dalam partai politik sehingga tidak dapat  dipisahkan mana yang benar benar sumbangan yang halal dan mana sumbangan yang bersumber dari dana yang tidak halal ke partai politik. Hal ini disebabkan tidak jelasnya  pembukuan keuangan partai dan pengawasan terhadap keuangan partai.  Dapat saja seseorang menyumbang ke Partai Politik  mengaku sebagai  dana pribadi, ternyata dikemudian hari terbukti adalah hasil korupsi.
    Faktor ketiga banyaknya penyamun di Partai Politik termasuk di Partai Demokrat karena tidak jelasnya mekanisme rekrutmen kader terhadap partai sehingga kader atau pengurus yang terjaring adalah pengurus yang memiliki latar belakang politik yang kurang baik.
    Masalahan itulah yang kini melanda Partai Demokrat sehingga Partai Demokrat menjadi  banyak penyamun yang  bersembunyi  di  Partai Demkokrat.

C.    TUANG GURU DI SARANG PENYAMUN


     Penyamum yang bersarang di Partai, termasuk di Partai Demokrat, teryata tidak  saja terjadi di pusat.  Kita sangat dikejutkan oleh ditangkapkanya  Sulaiman Hamzah  ketua Fraksi Partai Demokrat  DPRD NTB yang tersangkut kasus korupsi  poyek DAK.
Kasus ini tentunya dalam skala lokal dapat menampar muka Tuan Guru Bajang sebagai pimpinan partai Demokrat di NTB. Posisi dilematis akan menghantui Tuan Guru BaJang, yaitu apakah beliau akan konsisten menyerahkan persoalan ini ke ranah hukum  dan akan membersihkan organisasi  dari oknum oknum yang merusak nama partai ?. atau sebaliknya ?.   Jika dalam skala nasional, bahwa ketika Nazarudin telah dijadikan tersangka oleh KPK, maka SBY dan Partai Demokrat telah memberhentikan Nazarudin sebagai pengurus partai dengan segala konsekwensi.  
Analogi dengan ini maka tentunya jika ada kader Partai Demokrat  ditingkat  lokal  NTB)  yang melakukan tindak pidana korupsi, maka tanpa ampun lagi bahwa kader yang laksana penyamun itu harus segera dikenakan sanksi agar demorat bisa bersih.   Tidak ada lagi yang bisa  dilakukan bagi kader penyamun selain harus dibersihkan dan dikeluarkan dari pengurus tanpa ampun. Melakukan pembelaan kepada yang bersangkutan, apalagi akan mengajukan penangguhan penahanan maka tindakan itu akan merusk citra partai dan Tuan Guru Bajang dalam upaya  penegakan hukum.  Kita harus tahu bahwa ada 4 tindakan pidana yang menjadi musuh negara ini yaitu ”  korupsi, narkoba, money loundry dan terorisme ”. Oleh sebab jika TGB ingin menjadi pendekar, maka beliau harus mampu menumpas penyamun penyamun  yang ada di sarang demokrat.
Isue isue yang beredar yang mengakatan bahwa Sulaiman Hamzah akan dimintakan penangguhan penahan dengan jaminan Partai Demokrat akan menimbulkan kesan seolah olah  TGB melindungi para penyamun dan bahkan bukan lagi pendekar di sarang penyamun....tetapi di sarang  penyamun....” atau Bersama Penyamun...lanjutkan !.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar