DEMOKRAT DISARANG PENYAMUN atau
PENYAMUN DISARANG DEMOKRAT ?
OLEH DR.H.ZAINAL ASIKIN,SH,SU
A. Pengantar
Sewaktu saya kecil. Ayah saya paling suka membelikan komik komik karangan Firman Muntako, Teguh.K, Panji Koming, Kho Ping Ho, dan Karya RA Kosasih. Semua Komik itu ada nilai positifnya yang mengajarkan tentang kebenaran, bahwa yang benar pasti menang dan yang salah pasti kalah. Salah satu komik yang saya sukai adalah “ Pendekar Di Sarang Penyamun “ dan “ Pendekar Dari Gua Hantu “.
Dalam cerita Pendekar Di Sarang Penyamun digambarkan bagaimana seorang jagoan yang bersih dan jujur harus masuk ke dalam suatu wilayah (daerah) yang dihuni oleh para penjahat dan akhirnya dapat ditumpas secara tuntas. Begitupula pada “ Pendekar Dari Gua Hantu “, saya kagum dengan pendekar buta dengan membawa seekor monyet, tetapi dengan naluri dan indra ketujuh mampu membasmi penjahat penjahat sampai ke akar akarnya sehingga tercipta rasa aman dan tentram bagi kehidupan masyarakat. Saking senangnya saya membaca komik itu maka saya sangat mengagumi figure figure yang ada dalam komik itu bahkan terkadang komik itu say abaca berulang kali tidak bosan bosannya. Bahwa saking kagumnya sehingga saya sampai menggambar tokoh tokoh itu di buku buku pejaran bahkan di baju saya ( ini memang tidak baik untuk ditiru).
Saya sebenarnya juga sangat senang membaca sejarah Nabi, terutama junjungan besar Nabi Muhammad.SAW, akan tetapi dalam seluruh buku sejarah para Nabi tidak ada gambar Nabi Muhammab, maka saya tidak bisa menggamar wajah idola saya itu.
Apa yang ingin saya katakan bahwa baik buku buku umum, buku buku komik, dan buku buku agama mengajarkan tentang “ kejujuran, ahlak terpuji, menyebarkan semangat kebaikan, tolong menolong, dan ke takwaan kepada Tuhan “. Oleh sebab itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak cukup bagi kita hanya mempelajari ilmu yang menjadi “ spesialisasi kepakaran kita “. Seorang lawyer tidak cukup hanya mempelajari ilmu hukum tapi juga mempelajari etika prpofesi, bagii dokter harus memahami ilmu etika kedokteran, dan para politisi harus menghayati etika politik.
Etika itu lebih banyak diperoleh bukan hanya dari ajaran agama, tetapi banyak pula diperoleh dari berbagai bacaan, termasuklah dari komik komik tersebut dalam rangka mengasah kesadaran bathin.
Terjadinya malapetka di masyarakat hingga perlunya tokoh pendekar di Sarang Penyamun dan Si Buta Dari Gua Hantu, tidak lain akibat merajalelanya keserekahan pada ummat manusia. Keserakahan itu ternyata sampai saat ini terus terjadi dan bahkan sampai dan bersarang di partai partai politik.
B. PENYAMUN DI PARTAI DEMOKRAT
Tentunya masyarakat patut terkejut , karena sebagai partai baru dan pemenang Pemilu dan bahkan sedang berkuasa, ternyata Partai Demokrat dilanda badai korupsi. Nazarudin sang bendahara terseret dalam pusaran korupsi, dan burung “ Nazar “ kemudian berkicau menyeret nama nama lain dalam partainya dan di luar partainya. Setelah itu Angelina Sondah sebagai anggota banggar juga harus menjadi tersangka karena terlibat dalam permainan proyek. Rentetan kasus itu telah membuat kepanikan kalangan politisi partai Demokrat. Panik karena takut nama nama mereka akan terseret, dan panic bercampur jengkel karena nama partai dan citra partai hancur akibat skandal korupsi.
Terjadinya skandal korupsi di partai politik Indonesia, terutama pada Partai Demokrat sebagai partai baru dan berkuasa disebabkan oleh apa yang oleh ilmu politik disebut dengan ” poltical marketing, push marketing dan pull marketing ” yaitu betapa Partai Demokrat dan pengurusnya membutuhkan suatu pembiayaan untuk melakukan berbagai kegiatan dan pencitraan melalui direct marketing, special event, personal contact, dan publict relation ”. Hal tersebut syah syah saja bila dilakukan secara legal tanpa harus melakukan tindakan melakukan tindakan melawan hukum, sebagai calo proyek dan sebagainya.. Tapi jika itu dilakukan dengan melawan hukum seperti yang dilakukan oleh Nazarudin dan Anggie, maka alangkah naifnya jika partai baru (Partai Demokrat) harus menjadi sarang penyamun.
Faktor kedua adalah tidak jelasnya ” fund raising ” dalam partai politik sehingga tidak dapat dipisahkan mana yang benar benar sumbangan yang halal dan mana sumbangan yang bersumber dari dana yang tidak halal ke partai politik. Hal ini disebabkan tidak jelasnya pembukuan keuangan partai dan pengawasan terhadap keuangan partai. Dapat saja seseorang menyumbang ke Partai Politik mengaku sebagai dana pribadi, ternyata dikemudian hari terbukti adalah hasil korupsi.
Faktor ketiga banyaknya penyamun di Partai Politik termasuk di Partai Demokrat karena tidak jelasnya mekanisme rekrutmen kader terhadap partai sehingga kader atau pengurus yang terjaring adalah pengurus yang memiliki latar belakang politik yang kurang baik.
Masalahan itulah yang kini melanda Partai Demokrat sehingga Partai Demokrat menjadi banyak penyamun yang bersembunyi di Partai Demkokrat.
C. TUANG GURU DI SARANG PENYAMUN
Penyamum yang bersarang di Partai, termasuk di Partai Demokrat, teryata tidak saja terjadi di pusat. Kita sangat dikejutkan oleh ditangkapkanya Sulaiman Hamzah ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD NTB yang tersangkut kasus korupsi poyek DAK.
Kasus ini tentunya dalam skala lokal dapat menampar muka Tuan Guru Bajang sebagai pimpinan partai Demokrat di NTB. Posisi dilematis akan menghantui Tuan Guru BaJang, yaitu apakah beliau akan konsisten menyerahkan persoalan ini ke ranah hukum dan akan membersihkan organisasi dari oknum oknum yang merusak nama partai ?. atau sebaliknya ?. Jika dalam skala nasional, bahwa ketika Nazarudin telah dijadikan tersangka oleh KPK, maka SBY dan Partai Demokrat telah memberhentikan Nazarudin sebagai pengurus partai dengan segala konsekwensi.
Analogi dengan ini maka tentunya jika ada kader Partai Demokrat ditingkat lokal NTB) yang melakukan tindak pidana korupsi, maka tanpa ampun lagi bahwa kader yang laksana penyamun itu harus segera dikenakan sanksi agar demorat bisa bersih. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan bagi kader penyamun selain harus dibersihkan dan dikeluarkan dari pengurus tanpa ampun. Melakukan pembelaan kepada yang bersangkutan, apalagi akan mengajukan penangguhan penahanan maka tindakan itu akan merusk citra partai dan Tuan Guru Bajang dalam upaya penegakan hukum. Kita harus tahu bahwa ada 4 tindakan pidana yang menjadi musuh negara ini yaitu ” korupsi, narkoba, money loundry dan terorisme ”. Oleh sebab jika TGB ingin menjadi pendekar, maka beliau harus mampu menumpas penyamun penyamun yang ada di sarang demokrat.
Isue isue yang beredar yang mengakatan bahwa Sulaiman Hamzah akan dimintakan penangguhan penahan dengan jaminan Partai Demokrat akan menimbulkan kesan seolah olah TGB melindungi para penyamun dan bahkan bukan lagi pendekar di sarang penyamun....tetapi di sarang penyamun....” atau Bersama Penyamun...lanjutkan !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar