BANDARA SELAPARANG
MAU DIAPAKAN ?
Oleh Dr.H.ZAINAL ASIKIN, SH,SU
Pengantar
Beberapa bulan terahir ini, pasca beroperasinya Bandar Internasional Lombok (BIL) sebagai pengganti Bandara Selaparang, muncul polemik di masmedia tentang nasib Bandara Selaparang yang intinya mau diapakan bekas bandara tersebut. Polemik itu tentunya wajar wajar saja mengingat masyarakat ingin bekas bandara itu bisa segera dapat dimanfaatkan demi “ sebesar besar kepentingan masyarakat dan kemaslahatan ummat “. Artinya lokasi bekas bandara itu tetap harus tetap dijaga, dirawat, dimanfaatkan, jangan sampai dengan tidak dirawat maka akan menimbulkan efek negative bagi kota Mataram, misalnya jika dibiarkan kumuh akan merusak citra Kota Mataram sebagai ibukota propinsi. Kata “ sebesar besar kepentingan masyarakat “ artinya penggunaan bekas bandara itu nantinya bisa membawa kemakmuran bagi rakyat, memberikan peluang kerja bagi ribuan tenaga kerja, membawa pendapatan bagi daetah untuk pembangunan. Maka oleh karenanya pengunaan bekas bandara Selaparang haruslah difikirkan secara matang dengan melakukan kajian kajian yang lebih subatantif dengan pendekatan pembangunan “ ekonomi perkotaan “.
Saya yakin teman teman pakar dari Fakultas Ekonomi akan lebih faham bagaimana merancang penggunaan Bandara Selaparang dengan pendekatan teori pembangunan ekonomi , antara lain :
1. Economic Based Theory suatu pendekatan pembangunan yang lebih menekankan pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan multiplier effect dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk. ..
2 Staple Theory Industri yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dengan meningikatkan ekspor yang merupakan kunci pertumbuhan ekonomi, dan Peranan modal asing untuk melayanikebutuhan pasar internasional
3 Sector Theory yaitu Pengembangan semua sektor ekonomi baik primer, sekonder,maupun tersier . Pengembangan anekaragam sektor dan peningkatan produktivitas sektor Peningkatan sektor akan meningkatkan kebutuhan dan pendapatan sektor
4 Growth PoleTheory, yaitu Industri yang bahan bakunya berasal dari daerah lain sehingga pertumbuhan industri semacam ini selain mendorong ekonomi lokasi industri juga mampu meneteskan pertumbuhan ekonomi daerah lain
Lokasi industri(propulsiveindustry) merupakan kutup pertumbuhan(growth pole)
5. Regional Concentration and DiffusionTheory .adalah suatu teori yang mengedepankan pentingnya perdagangan antar daerah dan antar industri peningkatan pendapatan perkapita , Spread and back-wash effect (Myrdal) atau terjadinya penetesan perkembangan dan efek polarisasi(Hirchman)
6. New classical Growth Theory , bahwa teori memandang bahwa agregat ekonomi wilayah . serta peningkatan laju pertumbuhan ekonomi perkapita dan
Peningkatan tabungan untuk mendukung investasi dan pembentukkan modal
7 InterregionalTrade Theory, teori ini menekankan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan konsumsi , penyesuaian harga akan memberikan keseimbang pada harga, kualitas, dan efek-efek lainnya
8 Product CyrcleTheory , dimana pembangunan suatu produk tertentu yang melahirkan produk baru dan kreasi baru akan memunculkan daya inovasi.
9. Enterprenership Theory , dimana fungsi dan peranan pengusaha diharapkan mampu memberikan ketahanan dan diversifikasi menuju proses inovasi
10 FlexibleSpecialization Theory , dimana teori ini mementingkan adanya Struktur industri serta Pembangunan berkelanjutan melalui produk-produk baru,inovasi, dan spesialisasi serta mengikuti pola permintaan danflesibel
Berdasarkan pola pendekatan pembangunan ekonomi perkotaan itulah sejatinya kita memulai mau diapakan bekas bandara Selaparang itu.
B. Mengkritisi Hasil Kajian
Pemerintah Kota Mataram telah membentuk team pengkaji peruntukan bekas Bandara Selaparang. Saya tidak begitu jelas siapa siapa dan dari disiplin ilmu apa para pengkaji itu. Namun hasil kajian team berisi 3 rekomendasi yaitu :
1. Bekas Bandara Selaparang dijadikan sebagai Fasilitas hanggar dengan pertimbangan hangar hanya terdapat di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, dan Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Itupun hanya dimanfaatkan oleh maskapai penerbangan Garuda dan Merpati. Maskapai penerbangan Lion Air, bahkan memperbaiki pesawatnya di Malaysia. Kalau hanggar dibuka di Mataram, tentu akan jauh lebih baik memudahkan maskapai penerbangan.
2. Bekas Bandara Selaparang dijadikan sebagai sekolah penerbangan karena sekolah penerbangan hanya ada di Curug, Provinsi Banten.
Dengan keberadaan sekolah penerbangan di Mataram, akan memudahkan putra daerah yang ingin berprofesi sebagai pilot. Terutama dengan keberadaan Bandara Internasional Lombok (BIL) di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, yang akan diresmikan pada 3 Oktober 2011.
"Selama ini sering terjadi penundaan penerbangan. Itu bukan karena tidak ada pesawat. Tapi karena faktor keterbatasan pilot. Kalau pesawat banyak. Dengan membangun sekolah penerbangan di Mataram, putra daerah memiliki kesempatan luas menjadi pilot," ujarnya.
3. Bekas Bandara Selaparang dijadikan sebagai bandara domestik yang melayani rute Mataram-Sumbawa, Mataram-Bima, dan paling jauh Mataram-Surabaya. Penerbangan domestik dikhususkan bagi pesawat (propeler) atau pesawat berbaling-baling berukuran relatif kecil. Alasan menjadikan sebagai bandara domestikdidasarkan pada data bahwa sekitar 85 persen pengguna jasa angkutan udara yang berangkat dari Bandara Selaparang, adalah warga yang berdomisili di Kota Mataram.
Terhadap hasil kajian team yang ingin memanfaatkan kembali Bandara Selaparang sebagai “ bandara “ tentunya tidak memiliki landasan yang kuat secara yuridis , ekonomis, dan sosiologis.
a. Bahwa dibangunnya BIL adalah sebagai “ pengganti “ Bandara Selaparang, maka logikanya jika menggunakan kata “ pengganti “, maka Bandara Selaparang sudah tidak ada lagi, sudah selesai, sudah tidak bisa dipergunakan lagi sebagai bandara dengan alasan apapun. Kata “ bekas “ hanya patut diperuntukkan padanya sebagai wujud masa lalu, sehingga apapun dalihnya maka bekas bandara tidak bisa dipakai sebagai bandara. Kajian dibangunnya BIL sebagai penggati Bandara Selaparang telah dilakukan sangat panjang dan sampai berujung dikeluarkannya Surat Rekomendasi Pemindahan Bandara Selaparang ke tempat lain. Tentunya kita tidak perlu berfikir mundur lagi menghabiskan energi untuk memaksakan dibukanya kembali Selaparang sebagai Bandara karena bandara ini secara tehnis, yuridis dan sosiologis telah tidak memenuhi sarat bagi pengembangan penerbangan ke depan.
b. Menggunakan kembali bekas bandara untuk tujuan hanggar juga tidak memiliki dasar yang kuat.. Jika ada perusahaan yang ingin mendirikan usaha hanggar pesawat udara, mengapa harus di bekas bandara Selaparang ? Mengapa tidak memakai BIL saja, toh BiL merupakan bandara yang sangat luas ( nomer 2 terluas di Indonesia setelah Bandara Soekarno Hatta).
c. Begitupula remokendasi yang ingin menggunakan bekas Bandara Selaparang sebagai tempat pendidikan calon penerbang adalah rekomendasi yang sangat tidak logis apalagi mengkaitkan seringnya terjadi penundaan penerbangan dengan kekurangan pilot, dan peluang sekolah pilot bagi putra putra daerah NTB. Menjadikan eks bandara Selaparang sebagai lokasi sekolah penerbangan sangat tidak layak secara tehnis karena berada di dalam kota, sehingga akan sangat membahayakan keselamatan msayarakat. Jangan jangan pesawat latihnya akan nyemplung ke tengah tengah pemukiman penduduk.
Jika mau mendirikan sekolah penerbangan, mengapa tidak dipadukan saja dengan BIL sebagaimana pendidikan penerbangan yang dilakukan di Bandara Adi Sucipto (Yogyakarta) dan Adi Sumarno (Solo).
Logika lain yang masih lemah bahwa dengan dibukanya sekolah penerbangan akan menguntungkan putra daerah untuk sekolah penerbangan, juga belum memiliki alasan yang kuat karena untuk memasuki pendidikan pilot maka dibutuhkan biaya sekurang kurangnya 500 juta. Nah tentunya sangat sulit bagi putra daerah mengikuti pendidikan itu.
d. Menggunakan bekas Bandara Selaparang sebagai bandara Domestik juga sangat lemah karena dengan digunakannya kembali Eks Bandara Selaparang maka Angkasa Pura I. akan mengoperasikan 2 Bandara yaitu BIL dan Bandara Selaparang. Padahal sebagaimana diketahui dengan mebgopersikan 1 bandara saja ( Bandara Selaparang) maka setiap tahun Angkasa Pura I menderita kerugian 2 Milyar, maka logiknya dengan mengoperasikan 2 bandara tentunya angka kerugian itu akan lebih besar.
d. Kajian team belum menyentuh manfaat dioperasikannya kembali bagi masyarakat dan bagi daerah. Artinya apakah dengan dioperasikannya eks Bandara Selaparang akan membawa keuntungan ekonomis bagi masyarakat dan Pemda. Sebab selama beroperasinya Bandara Selaparang, pemda hanya memperoleh pandapatan dari sector pelayanan jasa parker dan tidak lebih dari itu.
Oleh sebab itulah saya berpandangan perlu kajian yang lebih luas dan mendalam tentang pemafaatan bekas bandara Selaparang ini dengan bercermin pada kajian terhadap eks Bandara Kamayoran Jakarta yang sekarang menjadi centra ekonomi Jakarta.
C. Pusat Kegiatan Ekonomi
Jika selama ini eks Bandara Selaparang tidak banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat perkotaan , selain tingkat kebisingan yang cukup mengganggu. Oleh sebab itulah marilah kita berfikir bagaimana mengoptimalkan penggunaan BIL sebagai pusat penerbangan yang membanggakan NTB> Kalau ada investor mau dirikan sekolah penerbangan, ya silahkan menggunakan BIL sehingga kalau ada pesawat latih yang nyasar, paling paling nyungsepnya ke Waduk Batujai.
Untuk itu maka saat ini palu penentu berada pada Pemerintah Kota Mataram. Jika saat ini Walikota bersedia merubah Tata Kota atau Site Plan sehingga eks Bandara Selaparang dijadikan wilayah pengembangan ekonomi perkotaan, maka saya yakin akan berbondong bondong para investor yang bersedia membeli lahan itu dari tangan Angkasa Pura.
Dapat dibayangkan jika pada eks Bandara itu akan berdiri pusat ekonomi bisnis, berapa ribu tenaga kerja akan terserap, berada pajak akan masuk ke Kas Daerah.
Tentunya pusat ekonomi binsis ini akan diisi oleh berbagai macam kegiatan usaha dari Super Market yang paling hebat (yang menjual pakaian pakaian bemerek seperti Hammer, Hugo De Boss, Kenzo dll) sampai kluster kluster pedagang kerajinan NTB, makanan khas NTB ( urap urap, serabi, pelecing, ebatan, sate pusut, bulayak, dan lain lain), tempat hiburan dan bermain keluarga dan anak anak seperti di Ancol dan Taman Mini dan sebagainya.
Saya yakin jika Eks Bandara Selaparang itu dibangun sebagai pusat ekonomi akan lebih banyak manfaatnya bagi masyarakat dan pemerintah. Perlu penelitian lebih lenjutb dan Selamat meneliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar